Rabu, 21 Oktober 2015

TUGAS SOFTSKILL PSIKOLOGI MANAJEMEN 3 ; KEKUASAAN

Nama  : Dian Eriyany (12513362)
Kelas  : 3PA08



BAB I
PENDAHULUAN
Kekuasaan adalah kewenangan yang didapatkan oleh seseorang atau kelompok guna menjalankan kewenangan tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan, kewenangan tidak boleh dijalankan melebihi kewenangan yang diperoleh atau kemampuan seseorang atau kelompok untuk memengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku (Miriam Budiardjo,2002) atau Kekuasaan merupakan kemampuan memengaruhi pihak lain untuk berpikir dan berperilaku sesuai dengan kehendak yang memengaruhi (Ramlan Surbakti,1992).
Apa yang akan kamu lakukan jika kamu memiliki kekuasaan?
Tentu menjadi power bagi dirimu dalam mempengaruhi orang lain :)
So .. Apa yang dimaksud dengan kekuasaan? Yuk kita bahas dibawah ini.

BAB II
TEORI
  1. Definisi Kekuasaan
Kekuasaan adalah kewenangan yang didapatkan oleh seseorang atau kelompok guna menjalankan kewenangan tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan, kewenangan tidak boleh dijalankan melebihi kewenangan yang diperoleh atau kemampuan seseorang atau kelompok untuk memengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku (Miriam Budiardjo,2002) atau Kekuasaan merupakan kemampuan memengaruhi pihak lain untuk berpikir dan berperilaku sesuai dengan kehendak yang memengaruhi (Ramlan Surbakti,1992).
Pengertian kekuasaan secara umum adalah ‘’kemampuan pelaku untuk mempengaruhi tingkah laku pelaku lain sedemikian rupa, sehingga tingkah laku pelaku terakhir menjadi sesuai dengan keinginan dari pelaku yang mempunyai kekuasaan’’ (Harold D. Laswell, 1984:9). Sejalan dengan itu, dinyatakan Robert A. Dahl (1978:29) bahwa ‘’kekuasaan merujuk pada adanya kemampuan untuk mempengaruhi dari seseorang kepada orang lain, atau dari satu pihak kepada pihak lain’’.Contohnya Presiden, ia membuat UU (subyek dari kekuasaan) tetapi juga harus tunduk pada UU (objek dari kekuasaan).
Konsepsi mengenai sumber kekuasaan yang telah diterima secara luas adalah dikotomi antara “position power” (kekuasaan karena kedudukan) dan “personal power” (kekuasaan pribadi). Menurut konsep tersebut, kekuasaan sebagian diperoleh dari peluang yang melekat pada posisi seseorang dalam organisasi dan sebagian lagi disebabkan oleh atribut-atribut pemimpin tersebut serta dari hubungan pemimpin – pengikut.
Termasuk dalam position power adalah kewenangan formal, kontrol terhadap sumber daya dan imbalan, kontrol terhadap hukuman, kontrol terhadap informasi, kontrol ekologis. Sedangkan personal power berasal dari keahlian dalam tugas, persahabatan, kesetiaan, kemampuan persuasif dan karismatik dari seorang pemimpin (Gary Yukl,1996:167-175). Dengan bahasa yang sedikit berbeda, Kartini Kartono (1994:140) mengungkapkan bahwa sumber kekuasaan seorang pemimpin dapat berasal dari
Dalam pembicaraan umum, kekuasaan dapat berarti kekuasaan golongan, kekuasaan raja, kekuasaan pejabat negara. Sehingga tidak salah bila dikatakan kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain menurut kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan tersebut. Robert Mac Iver mengatakan bahwa Kekuasaan adalah kemampuan untuk mengendalikan tingkah laku orang lain baik secara langsung dengan jalan memberi perintah / dengan tidak langsung dengan jalan menggunakan semua alat dan cara yg tersedia. Kekuasaan biasanya berbentuk hubungan, ada yg memerintah dan ada yg diperintah. Manusia berlaku sebagau subjek sekaligus objek dari kekuasaan. Contohnya Presiden, ia membuat UU (subyek dari kekuasaan) tetapi juga harus tunduk pada Undang-Undang (objek dari kekuasaan).
Kebanyakan sarjana berpangkal tolak dari perumusan sosiolog Max Weber dalam bukunya Wirtschaft and Gessellhaft (1992) yaitu:
Kekuasaan adalah kemampuan untuk, dalam suatu hunungan social, melaksanakan kemauan sendiri sekalipunmengalami perlawanan, dan apapun dasar kemampuan ini (Macht Beduetet jede chance innerhalb einer soziale Bezeihung den elegenen Willen durchzusetchen auch gegen Widerstreben durchzustzen, gleichviel worauf diese chance beruht)

Menurut Harold D. Laswell dan Abraham Kaplan yang definisinya sudah menjadi rumusan klasik :

Kekuasaan adalah suatu hubungan di mana seseorang atau sekelompok orang dapat menentukan tindakan seseorang atau kelompok lain kearah tujuan dari pihak pertama (power is a relationship in which one person or group is able to determine the action of another in the direction of the former’s own ends)

Definisi serupa juga dirumuskan oleh seorang ahli kontemporer Barbara Goodwin (2003) :
Kekuasaan adalah kemampuan untuk mengakibatkan seseorang bertindak dengan cara yang oleh yang bersangkutan tidak akan dipilih, seandainya ia tidak dilibatkan. Dengan kata lain memaksa seseorang untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kehendaknya (force is the ability to cause someone to act in a way which she would not choose, left to herself. In other words to force someone to do something against her will)


  1. Sumber-sumber Kekuasaan Menurut French dan Raven
Thoha (2009:332-333) mengemukan tentang perkembangan sumber kekuasaan dari pandangan French dan Raven. Dimana dalam penelitian lanjutan Raven bekerja sama dengan Kruglanski menambahkan kekuasaan keenam yaitu kekuasaan informasi (information power). Berikutnya pada tahun 1979, Hersey dan Goldsmith mengusulkan kekuasaan yang ketujuh yaitu kekuasaan hubungan (connection power).
a) Reward power: controlling reward that will induce other to comply with the power-wielder’s wishes; Kekuasaan penghargaan merupakan kekuasaan yang berasal dari kemampuan seorang pemimpin untuk memberikan penghargaan, yang merupakan sesuatu yang berarti dan dibutuhkan, kepada mereka yang membutuhkan.Dengan kata lain, kekuasaan penghargaan berkaitan dengan kemampuan seorang pemimpin untuk memepengaruhi bawahan dengan memberikan ganjaran atas perilaku mereka yang positif atau perilaku yang sesuai dengan yang dikehendaki pemimpin.
Letak kekuatan dari kekuasaan ini bergantung pada daya pikat dan tingkat kepastian akan kontrol seorang pemimpin atas ganjaran tersebut. Yulk (2010:178) mengemukakan salah satu bentuk kekuasaan memberikan penghargaan terhadap bawahan adalah wewenang memberikan kenaikan gaji, bonus atau insentif ekonomi yang pantas bagi bawahan.
b) Coercive power (Kuasa Paksaan) : having control of potentially punishing resources that will induce other to avoid them; kemampuan untuk menghukum atau memperlakukan seseorang yang tidak melakukan permintaan atau perintah. Diperoleh dari salah satu kapasitas untuk membagikan punishment pada mereka yang tidak mematuhi permintaan atau perintah. Kekuasaan ini juga bisa dibilang kekuasaan karena rasa takut oleh seseorang yang memiliki kuasa dalam suatu hal. Karena hal itulah orang-orang yang menjadi bawahan atau pengikutnya, menjadi tunduk dan mau untuk melakukan perintah yang diberikan oleh orang yg berkuasa itu. Karena jika mereka tidak mengikuti apa yang diperintahkan, maka bawahan/pengkutnya tersebut akan mendapatkan sebuah hukuman. Contoh dari Coercive power adalah : misal, seorang atasan memberikan pemotongan gaji terhadap karyawan/bawahannya, karena bawahaanya tersebut telah melanggar peraturan perusahaan, bahkan jika kesalahan bawahannya tersebut fatal, maka si atasan akan melakukan pemecatan terhadapnya, atau seorang guru memberikan hukuman terhadap siswanya, dengan memberikan tugas yang banyak. Menurut Molm, 1987,1988 Seseorang juga menggunakan Coersive untuk mempengaruhi anggota grup lain, walaupun kebanyakan orang lebih memilih untuk menggunakan reward power daripada coersive power jika keduanya tersedia.
c) Expert power (Kekuasaan Pakar) : having knowledge that others want to themselves so much that they will be induced to comply with the power-wielder so as to acquire the knowledge or benefit from it; Pengaruh berdasar pada kepercayaan target bahwa pemegang kekuatan memiliki keahlian dan kemampuan yang superior dalam bidangnya. Seseorang yang memang ahli dalam bidangnya, akan mudah untuk menguasai/ mempengaruhi orang lain.Para anggota dalam suatu kelompok, pasti memiliki skill dan kemampuan yang berbeda. Maka dari itulah, suatu kelompok tercipata untuk saling melengkapi kekurangan anggota kelompki lainnya. Namun pada dasarnya, French dan Raven seseorang tidak perlu menjadi ahli untuk mendapatkan kekuatan ahli. Orang tersebut hanya perlu diterima oleh orang lain sebagai seorang yang ahli (Kapolwitz,1978; Littlepage & Mueller,1997). Sebenarnya, seseorang tidak harus memaksakan diri untuk menjadi seseorang yang ahli. Karena, sebenarnya kemampuan apapun yang kita miliki, tidak hanya kita yang menilai, tapi kita pun perlu penilaian dari orang lain. Contoh dari expert power adalah : seorang pasien percaya pada hasil diagnose dokter atas pentakit yang dideritanya, seseorang percaya pada seorang ilmuwan pada bidang, karena ilmuwan tersebut telah membuktikan hasil penelitiaanya.
d) Legitimate power (Kuasa yang sah) : having authority conferred by holding a position in organization that is recognized by others as having a legitimate right to obedience; Pemimpin memperoleh hak dari pemegang kekuatan untuk memerlukan dan menuntut ketaatan. Seseorang yang telah memiliki legitimate power, akan menuntut bawahan atau pengikutnya untuk selalu taat pada peraturannya. Karena legitimate power memiliki definisi lain, yaitu kekuatan yang bersumber dari otoritas yang dapat dipertimbangkan hak untuk memerlukan dan pemenuhan perintah. Contoh dari Legitimate Power adalah : Pegawai polisi mengatakan penonton untuk pindah jika berada dalam suatu konser/pertunjukan musik, dosen menunggu isi kelas diam dan tenang sebelum mengajarkan materinya.
e) Referent power (Kekuasaan Rujukan) : when a power holder has personal charisma, or ideas and beliefs so admired by others that they are induced by the opportunity to be not only associated with the power holder but, insofar as possible, to become more like him or her. Pengaruh yang didasarkan pada pemilikan sumber daya atau ciri pribadi yang diinginkan oleh seseorang, berkembang dari rasa kagum terhadap orang lain, untuk menjadi seperti orang yang dikaguminya itu, dikarenakan adanya karisma. Selain itu, Referent power juga menjelaskan bagaimana charismatic leader (seberapa tinggi komitmen anggota tersebut pada kelompoknya) mengatur untuk menggunakan banyak kontrol dalam grup mereka. Siapakah anggota yang paling baik, paling disukai, paling dihargai dsb. Contoh dari referent power adalah : Misalnya seorang pengikut dalam suatu kelompok, sangat mengagumi ketua kelompoknya, karena ketua kelompoknya tersebut memiliki pribadi yang kompeten, baik hati, bersikap mengayomi kepada semua pengikutnya, dan tidak pernah bersikap otoriter.

BAB III
SUMBER

  1. Sarwono, Sarlito Wirawan. 2005. Psikologi Sosial : Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan. Jakarta : Balai Pustaka.
  2. Budiardjo, Miriam. Prof. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
  3. Budiarjo, M. 1984. Konsep Kekuasaan: Tinjauan Kepustakaan. Jakarta: Sinar Harapan.
  4. Gordon, J. R. 1991. A Diagnostic Approach to Organizational Behavior. Boaston: Allyn and Bacon.
  5. Hamalik, O. 2010. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
  6. Hanson, E. M. 2003. Education Administration and Organizational Behavior 7th Edition. United States of America: Pearson Education, Inc.
  7. Hoy, W. K. dan Miskel, C. G. 2005. Educational Administration: Theory, Research, and Practice 7th Edition. New York: McGray Hill.
  8. Thoha, M. 2009. Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
  9. Budiarjo, M. 1984. Konsep Kekuasaan: Tinjauan Kepustakaan. Jakarta: Sinar Harapan.

Rabu, 14 Oktober 2015

Mempengaruhi Perilaku



BAB I
PENDAHULUAN
Perspektif biologis menekankan sejumlah fakta biologis yang berkaitan dengan berbagai perilaku. Pikiran, perasaan, dan factor genetika yang juga berkontribusi mempengaruhi perilaku. Kemudian ada psikologi evolusi yang menekankan pada cara lingkungan dan sejarah seseornag mempengaruhi perilakunya. Dua pembahasan diatas mewakili kita mengenai pengaruh perilaku. Kita akan membahas mengenai apa itu pengaruh dan perilaku.
Pengertian pengaruh yang kita dapat adalah : pengaruh/pe·nga·ruh/ n daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang. Sedangkan mempengaruhi adalah : memengaruhi/me·me·nga·ruhi/ v  berpengaruh pada. Jadi, dapat disimpulkan, hal yang mempengaruhi perilaku adalah hal yang berpengaruh dalam perilaku, seperti yang sudah kita bahas diatas, bisa factor dari dalam seperti genetika, pikiran, serta perasaan, dan factor dari luar seperti lingkungan dan sejarah seseorang akan suatu kejadian.
Kita memiliki beberapa pengertian perilaku lainnya, yaitu :
1.      Sekumpulan stimulus yang muncul atas sekumpulan respons
2.      Sekumpulan perbuatan yang dilakukan seseorang dalam bentuk yang lebih luas dan berkesinambungan
3.      Sekumpulan kejadian atau peristiwa yang dipicu oleh gerakan dan aktivitas tubuh
4.      Sekumpulan kondisi atau respons yang disengaja atau pun sikap yang tidak direncanakan.











BAB II
TEORI
1.      Definisi pengaruh
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:849) Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang. Ada beberapa definisi pengaruh lain menurut beberapa tokoh :
a.       Pengertian Pengaruh Menurut Norman Barry
Pengaruh adalah suatu tipe kekuasaan yang jika seorang yang dipengaruhi agar bertindak dengan cara tertentu, dapat dikatakan terdorong untuk bertindak demikian, sekalipun ancaman sanksi yang terbuka tidak merupakan motivasi yang mendorongnya
.
b.      Pengertian Pengaruh Menurut M. Suyanto
Pengaruh merupakan nilai kualitas suatu iklan melalui media tertentu.
c.       Pengertian Pengaruh Menurut Albert R. Roberts & Gilbert
Pengaruh adalah wajah kekuasaan yang diperoleh oleh orang ketika mereka tidak memiliki kewenangan untuk mengambil keputusan
.
d.      Pengertian Pengaruh Menurut Bertram Johannes Otto Schrieke
Pengaruh merupakan bentuk dari kekuasaan yang tidak dapat diukur kepastiannya

2.      Kunci-Kunci Perubahan Perilaku
Perubahan merupakan peralihan kondisi yang tadinya buruk, menjadi baik. Masyarakat yang berubah adalah masyarakat yang terdiri dari individu berkepribadian (personality) baik. Personality tidak dibentuk dari performance dan style seseorang, melainkan dari adanya daya intelektual dan perbuatan. Selanjutnya, tidak hanya membentuk saja, tapi juga disertai upaya menjadikan personality tersebut berkualitas.
Kunci perubahan masyarakat adalah membentuk daya intelektual dan perbuatan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, sehingga terjadilah perubahan perilaku yang secara otomatis diikuti dengan perubahan masyarakat.
Perilaku yang akan menjadi kunci perubahan di masyarakat adalah sikap yang mampu melalui berbagai benturan dengan gemilang, adanya kepercayaan diri tanpa batas, dan tekad untuk terus berjuang hingga titik nadi. Perubahan masyarakat akan berimplikasi terhadap perubahan individu, karena di dalamnya ada interaksi sebagai kontrol sosial yang dapat mendidik manusia.
Secara definisi, masyarakat adalh kumpulan individu-individu yang salingberinteraksi dan memiliki komponen perubahan yang dapat mengikat satu individu dengan individu lain dengan perilakunya. Sedangkan perubahan merupakan peralihan kondisi yang tadinya buruk, menjadi baik. Masyarakat yang berubah adalah masyarakat yang terdiri dari satu individu kepribadian (personality) baik. Personality tidak dibentuk dari performance dan style seseorang, melainkan dari adannya daya intelektual dan perbuatan.
Sebagai contoh, apakah Mandra yang berwajah ‘agraris’ lebih baik dibandingkan dengan Rano Karno? Bandingkan Mahatma Gandhi dari kaum miskin yang mengubah masyarakat India menuju perubahan, sedangkan Maria Eva & Yahya Zaini dari kaum kaya yang dulunya dikatakan representasi suara masyarakat dengan perbuatan tak senonohnya yang membahayakan masyarakat, terutama generasi muda.
Oleh karena itu, kunci perubahan masyarakat adalah membentuk daya intelektual dan perbuatan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, sehingga terjadilah perubahan perilaku yang secara otomatis diikuti dengan perubahan masyarakat. Maka, persoalan kemiskinan bisa berubah jika terjadi perubahan perilaku di dalam masyarakat. Seperti yang disebutkan diatas personality itu sendiri, dan bentuk personality adalah perilaku.

3.      Bagaimana Mempengaruhi Prilaku: Berbagai Model
a)      Logical Argument  yaitu penyampaian ajakan menggunakan argumentasi sebuah data-data yang ditemukan. Hal ini telah disinggung oleh komponen data.
b)      Psychological atau Emotional Argument  yaitu pendekatan ajakan menggunakan efek emosi positif dan negatif. Misalnya saja dalam iklan yang menyenangkan, lucu dan maupun yang membuat kita berempati itu termasuk dalam menggunakan pendekatan Psychological Argument yang bersifat positif. Sedangkan iklan yang biasanya membuat kita muak, marah,  menjenuhkan,  itu termasuk pendekatan Psychological Argument dengan efek emosi yang negatif.
c)      Argument Based On Credibility yaitu ajakan atau arahan yang akan diikuti oleh comunnicate atau audiens, karena komukiator mempunyai kredibilitas sebagai pakar dalam bidang tersebut.
Menurut Burgon & Huffner (2002), terdapat beberapa pendekatan yang dapat dilakukan agar komunikasi persuasi menjadi lebih efektif. Maksudnya lebih efektif yaitu agar lebih berkesan dalam mempengaruhi orang lain. Beberapa pendekatan itu antaranya;
1.    Pendekatan berdasarkan bukti, yaitu mengungkapkan data atau fakta yang terjadi sebaga bukti argumentatif agar berkesan lebih kuat terhadap ajakan.
2.   Pendekatan berdasarkan ketakutan, yaitu menggunakan fenomena yang menakutkan bagi audience atau komunikate dengan tujuan mengajak mereka menuruti pesan yang diberikan komunikator. Misalnya, bila terjadi kejadian luar biasa (KLB) demam berdarah maka pemerintah dengan pendekatan ketakutan dapat mempersuasi masyarakat untuk mencegah DBD.
3.   Pendekatan berdasarkan humor, yaitu menggunakan humor atau fantasi yang bersifat lucu dengan tujuan memudahkan masyarakat mengingat pesan karena mempunyai efek emosi yang positif. Contoh, iklan-iklan yang menggunakan bintang comedian atau menggunakan humor yang melekat di hati masyarakat.
4.   Pendekatan berdasarkan diksi, yaitu menggunakan pilihan kata yang mudah diingat (memorable) oleh audience/komunikate dengan tujuan membuat efek emosi positif atau negative. Misalnya, iklan rokok dengan dikasi “nggak ada loe nggak rame”.


4.      Wewenang dan Peran Wewenang dalam Manajemen
Wewenang merupakan kekuasaan yang memiliki keabsahan(legitimate power). Wewenang (authority) adalah hak untuk melakukan sesuatu atau memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar tercapai tujuan tertentu. wewenang dan kekuasaan sebagai metoda formal, dimana manajer menggunakannya untuk mencapai tujuan individu maupun organisasi. Wewenang formal tersebut harus di dukung juga dengan dasar-dasar kekuasaan dan pengaruh informal. Manajer perlu menggunakan lebih dari wewenang resminya untuk mendapatkan kerjasama dengan bawahan mereka, selain juga tergantung pada kemampuan ilmu pengetahuan, pengalaman dan kepemimpinan mereka.
Peran wewenang dalam manajemen.
a)      Wewenang lini (Linie authority) yaitu wewenang yang mengalir secara vertikal. Pelimpahan wewenang dari atas ke bawah dan pengawasan langsung oleh pemimpin kepada staf yang menerimanya.
b)      Wewenang staf (Staf authority) yaitu wewenang yang mengalir ke samping yaitu wewenang yang diberikan kepada staf khusus untuk membantu melancarkan tugas staf yang diberikan wewenang lini. Wewenang staf diberikan karena ada spesialisasi adanya tugastugas menegerial yang terkait dengan fungsi staf seperti pengawasan, pelayanan kepada staf, atau penasihat.












BAB III
SUMBER
1.      Sarwono, Sarlito W. 2005. Psikologi Sosial (Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan). Balai Pustaka, Jakarta.
2.      Notoatmodjo, Soekidjo. 2003.pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
4.      Munandar, A.S. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia
5.      Cholisin, M. Si dkk. 2006. Dasar-dasarIlmuPolitik. Yogyakarta : FISE UNY
6.      Nasikun. (1993). Sistem Sosial Indonesia, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
7.      Munandar, A.S. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia
10.  Edgar, H Schein. (1991). Psikologi Organisasi. Jakarta. Pustaka Binaman Pressindo